Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) - Dalam melakukan penyusunan suatu laporan penelitian dalam hal ini guru
pelaksana tindakan kelas sudah merasa puas dengan siklus itu, tentu saja
langkah berikutnya tidak lain adalah menyusun laporan kegiatannya. Membuat karya
tulis ilmiah laporan penelitian sebetulnya akan jauh lebih mudah dibandingkan
dengan menulis artikel, karena lahan tulisan akan sudah dipenuhi dengan
penjelasan tentang tindakan dengan siklusnya. Pada akhir tulisan tinggal
disampaikan hasil penelitian, yaitu keberhasilan yang diperoleh dan hambatan
atau kesulitan dalam pelaksanaan, dan kemudian ditutup dengan rekomendasi atau
saran.
Sistematika laporan penelitian tidak jauh berbeda dengan
laporan penelitian yang lain. Satu hal yang sangat dicermati oleh penilai KTI
dalam membuat laporan penelitian tindakan kelas adalah bagaimana siklus dilaksanakan, dan penjelasan tentang
proses yang berlangsung.
Kesalahan umum yang sering dilakukan oleh guru ketika
mengusulkan kenaikan jabatan Golongan IV/a ke atas adalah melupakan atau tidak
mengganggap penting uraian tentang bentuk tindakannya. Dalam penyajiannya, guru
sebetulnya belum mengemukakan ide atau gagasan tindakannya. Bab II baru menyampaikan dukungan teori, belum dapat dengan jelas mengemukakan idenya. Apabila
laporannya hanya seperti ini, pasti KTI-nya ditolak karena guru belum menjelaskan
alur yang dilaksanakan dalam tindakannya.
Demikian juga ketika guru menggunakan pendekatan lain,
misalnya metode sosiodrama. Dalam bab II guru sudah lengkap menjelaskan teori
metode sosiodrama tersebut, tetapi di bab III tidak dijelaskan implementasi
riil yang dilakukan.
Yang perlu diingat dalam penyusunan laporan PTK
Uraian tentang model tindakan tidak cukup hanya di bab II –kajian
pustaka atau teori, tetapi harus dijelaskan pula di bab III –metodologi atau
metode penelitian. Di bab IV dibahas lagi bagaimana kenyatan yang dilakukan.
Kesalahan umum yang lain adalah uraian yang ada belum
menggambarkan peristiwa yang sesungguhnya terjadi, tetapi seolah-olah yang
digambarkan merupakan khayalan, bukan realita. Dalam hal ini peneliti sudah
menjajaki kemungkinan tindakan dengan terlebih dahulu melakukan eksperimen,
agar diketahui metode mana yang unggul dan akan diimplementasikan dengan
penelitian tindakan.
Berikut adalah sebuah contoh laporan PTK yang membingungkan, tetapi sekaligus menggelikan
Peneliti mengambil 4 kelas sebagai polulasi untuk dijadikan penelitian dalam data laporan penelitiannya. Dikarenakan masing-masing
kelas ada 40 orang, maka jumlah populasi 4 x 40 = 160 orang. Peneliti mengambil
sampel 25% atau 25% x 160 = 40 orang. Peneliti menggunakan eksperimen untuk
menguji keampuhan metode A dan B. Dari kelas A dan B, 20 orang diajar dengan
metode diskusi, dari kelas C dan D, 2 orang diajar dengan metode tugas. Hasil dari
dua kelompok itu diuji dengan t-test.
Dari cerita tersebut jika hanya dipahami secara selintas
saja seolah-olah apa yang dilaporkan peneliti menggambarkan sebuah kegiatan
yang benar. Namun apabila dicermati, tampak keanehannya. Bagaimana mungkin
mengambil 10 orang per kelas untuk diajar dalam dua kelompok. Pertanyaan yang
perlu dijawab adalah 1) bagaimana realita mengajar dua kelompok itu, apa di
kelas khusus? 2) apa dilaksanakan di luar jam pelajaran? 3) ketika dua kelompok
itu diajar dalam bentuk eksperimen, lalu siswa yang lain diapakan?
Dengan gambaran contoh laporan PTK tersebut dapat diketahui bahwa
sebetulnya peneliti tidak melakukan apa-apa, tetapi melaporkan khayalannya,
seolah-olah melakukan penelitian eksperimen. Dari contoh tersebut guru peneliti
dapa mengambil manfaat bahwa penliaian terhadap laporan penelitian bukan hanya
asal-asalan, tetapi benar-benar dicermati dan dibayangkan bagaimana pelaksaan
penelitian yang sebenarnya oleh tim penilai angka kredit.
0 komentar:
Posting Komentar